DBR adalah kependekan dari debt burden ratio. Tak banyak tahu kalau penghitungan rasio ini sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang mendapatkan pinjaman kredit dari bank, termasuk kredit pemilikan rumah atau KPR.
Seperti kita ketahui, saat mengajukan KPR, ada sejumlah syarat dan standar yang ditetapkan oleh pihak bank untuk menentukan apakah akan menyetujui atau menolak permohonan KPR. Syarat-syarat ini termasuk besaran gaji, kondisi keuangan pemohon, riwayat kredit, sampai skor kredit dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK atau yang lebih dikenal dengan BI checking.
Lalu di mana DBR berperan dalam proses pengambilan keputusan bank tersebut? Untuk memahami lebih dalam, mari kita simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Apa itu DBR?
Sesuai namanya, DBR merupakan rasio perbandingan antara jumlah kredit atau beban utang yang dimiliki seseorang dengan penghasilan bersihnya. Rasio ini digunakan oleh bank untuk mengukur tingkat risiko dan kemampuan calon debitur saat akan mengajukan kredit baru.
Lebih lanjut, Investopedia menjelaskan bahwa DBR merupakan persentase jumlah penghasilan bulanan seseorang yang digunakan untuk membayar utang atau cicilan tiap bulan. Rasio ini digunakan oleh lembaga kredit untuk menentukan tingkat risiko dari nasabah tersebut.
Semakin kecil DBR, maka akan semakin besar peluang kredit seseorang disetujui oleh bank. Sebab itu artinya orang tersebut memiliki jumlah utang yang masih sedikit dan dinilai masih sanggup menambah utang baru. Jadi jika selama ini pengajuan KPR Anda selalu ditolak, bisa jadi itu karena DBR Anda sudah terlalu besar dan dianggap berisiko oleh bank.
Tiap bank menetapkan nilai DBR yang berbeda-beda, tapi rata-rata tidak akan melebihi 50%. Nilai DBR juga biasanya tidak ditetapkan sama rata untuk semua nasabah, tapi juga dilihat berdasarkan penghasilan mereka. Semakin besar penghasilan bersih seseorang, maka bank cenderung menetapkan DBR yang lebih besar pula.
Bagaimana cara menghitung DBR?
Cara menghitung DBR sangat mudah. Anda tinggal membagi total utang atau cicilan kredit Anda tiap bulan dengan gaji bersih atau take home pay, lalu dijadikan persen.
Contoh kasusnya begini:
Ali memiliki gaji bersih Rp 8 juta per bulan. Saat ini, dia memiliki tanggungan cicilan motor sebesar Rp 1 juta dan cicilan kartu kredit Rp 500.000. Maka DBR Ali adalah:
Total cicilan : gaji bersih (1.000.000 + 500.000) : 8.000.000 1.500.000 : 8.000.000 = 0,1875 = 18,75%
Dengan besar DBR seperti ini, Ali memiliki peluang besar untuk pengajuan KPR-nya dikabulkan oleh pihak bank. Sebab, DBR Ali masih tergolong rendah, sehingga dia masih memiliki banyak ruang untuk menambah kredit baru. Lalu berapa batasan cicilan KPR Ali yang akan diberikan oleh bank berdasarkan DBR Ali saat ini?
Jika bank tempat Ali mengajukan KPR menetapkan DBR maksimal sebesar 50%, maka Ali masih memiliki porsi 31,25% dari gaji untuk cicilan KPR. Artinya, maksimal cicilan KPR Ali tiap bulan adalah Rp 2,5 juta. Dengan begitu, plafon dan tenor KPR yang akan diberikan oleh bank akan disesuaikan dengan jumlah cicilan tersebut.
Pentingnya DBR saat mengajukan KPR
Kenapa angka DBR itu penting saat mengajukan KPR? Jawabannya mudah. Sebab bank tidak ingin kredit yang sudah disalurkan nantinya bermasalah atau tidak dapat dilunasi oleh debitur. Kredit bermasalah atau kredit macet akan mempengaruhi kinerja bank, karena ini akan tercatat sebagai non-performing loan (NPL).
Bank dengan NPL tinggi akan dimintai pertanggungjawaban oleh regulator, yakni Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jadi wajar jika bank ingin menjaga nilai NPL-nya tetap rendah dengan selektif memilih debitur. Nah, angka DBR ini merupakan salah satu cara bank untuk memastikan bahwa kredit disalurkan kepada nasabah dengan risiko rendah.
(Baca: Ternyata Ini Alasannya Pengajuan KPR Anda Ditolak Bank)
Bagaimana caranya KPR diterima meskipun DBR besar?
Jika sudah tahu apa itu DBR dan pentingnya dalam proses pengajuan KPR, kini saatnya Anda mengecek tingkat DBR Anda. Jika di bawah 50%, maka Anda bisa bernapas lega, karena Anda masih berpeluang besar mendapatkan pinjaman KPR. Lalu bagaimana jika DBR Anda di atas 50%? Berikut ini kami berikan sejumlah tips yang dapat membantu Anda mengajukan KPR meskipun level DBR cukup tinggi.
1. Lunasi utang yang ada
Jika Anda masih memiliki lebih dari satu cicilan dengan nominal yang cukup besar, segera prioritaskan gaji bulanan untuk melunasi utang ini. Selama utang ini masih ada, maka besar kemungkinannya permohonan KPR Anda akan ditolak oleh bank.
Anda bisa mulai melunasi utang dari yang nilainya paling besar. Jika memungkinkan, lunasi utang tersebut lebih cepat dari waktu jatuh tempo. Setelah utang ini lunas, maka Anda bisa fokus untuk melunasi utang lain, dan begitu seterusnya. Usahakan semua utang dan kredit Anda sudah lunas ketika akan mengajukan KPR. Selain angka DBR menjadi kecil, hal ini juga memperbesar peluang Anda untuk mendapatkan plafon KPR yang lebih besar dari bank.
2. Cari rumah murah
DBR akan menentukan jumlah cicilan KPR Anda tiap bulan, sehingga secara tidak langsung hal ini juga akan berpengaruh kepada jumlah plafon KPR yang akan diberikan oleh bank. Semakin kecil DBR Anda, artinya jumlah cicilan KPR yang bisa Anda tanggung akan semakin besar, sehingga plafon KPR pun akan semakin besar pula.
Yang selama ini sering terjadi adalah KPR ditolak karena selain DBR nasabah sudah tinggi, plafon yang diajukan pun besar lantaran harga rumah yang ingin dibeli juga tinggi. Jadi untuk memperbesar peluang Anda mendapatkan pinjaman KPR, Anda bisa memilih rumah yang memang sesuai kemampuan Anda saat ini. Kalau perlu, ikuti program rumah subsidi dan KPR subsidi dari pemerintah untuk mengurangi beban Anda.
(Baca: KPR Subsidi Adalah: Definisi, Syarat, dan Cara Mengajukannya)
3. Perbesar uang muka (DP)
Masih berhubungan dengan plafon KPR, untuk mengurangi jumlah plafon kredit rumah yang Anda ajukan, Anda bisa memperbesar uang muka atau DP rumah. Dengan begitu, otomatis cicilan KPR yang harus Anda bayar tiap bulan juga menjadi lebih kecil. Ini akan menjadi bahan pertimbangan bank dalam menyetujui permohonan KPR, apalagi jika gaji bulanan Anda terhitung besar atau paling tidak di atas Rp 10 juta.
4. Cari penghasilan tambahan
Angka DBR tak hanya dipengaruhi oleh jumlah utang, tetapi juga jumlah penghasilan yang diterima seseorang setiap bulan. Artinya, jika Anda sulit menurunkan angka DBR dengan melunasi utang saat ini, maka Anda dapat meningkatkan penghasilan bulanan Anda.
Caranya, ambil pekerjaan sampingan atau buat bisnis sampingan di luar pekerjaan tetap Anda. Saat ini banyak pekerjaan dan bisnis sampingan yang tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga, tapi masih memberikan potensi penghasilan yang menarik. Sebut saja, jadi penulis lepas, admin sosial media, membuka jasa titip atau jastip, menjadi dropshipper, dan lain-lain.
Intinya, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menambah penghasilan di era teknologi seperti sekarang. Anda juga bisa menghubungi konsultan KPR online untuk membantu Anda membenahi kondisi keuangan agar layak mengajukan KPR, contohnya Mortgage Master.
Mortgage Master tak hanya bisa membantu Anda mendapatkan KPR terbaik, tetapi juga memandu Anda membenahi profil keuangan apabila Anda dinilai tidak layak mengajukan KPR. Tim kami akan memberikan solusi dan rekomendasi bagaimana caranya meningkatkan profil kredit Anda, bahkan menghubungkan Anda dengan partner keuangan kami jika dibutuhkan.
Untuk melakukan konsultasi dengan Mortgage Master, Anda cukup mengisi formulir registrasi online. Selanjutnya, tim kami akan menghubungi Anda dalam waktu 1x24 jam di hari kerja. Untuk sesi konsultasi ini, kami tidak memungut biaya sepeser pun, alias gratis.
Jadi jangan berkecil hati jika DBR Anda besar. Ini bukan berarti Anda tidak bisa mengajukan KPR kok. Seperti kata pepatah, “Banyak jalan menuju Roma”, banyak cara yang bisa Anda tempuh untuk mendapatkan pinjaman KPR. Tetap semangat ya!